Sabtu, 12 Februari 2011

Maknai surveilans dan informasi di sini

Tentunya kalian sering mendengar berapa % penduduk Indonesia yang menderita HIV/AIDS dan jumlah penduduk di negara berkembang yang menderita malnutrisi. Data seperti ini diperoleh dari suatu sistem, yaitu surveilans, terutama berkaitan dengan kesehatan. Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi data terkait kesehatan yang dilakukan terus-menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk digunakan dalam pencegahan penyakit dan memperbaiki masalah kesehatan lainnya.  Dalam sistem surveilans melibatkan penyedia pelayanan kesehatan, dinkes masyarakat, dan masyarakat itu sendiri untuk membentuk suatu lingkar informasi. Banyak hal yang dapat kita dapatkan dari surveilans. Penyakit-penyakit yang sering kita dengar, seperti HIV/AIDS, flu burung, malaria, kecelakaan, dan lain-lain.
Mari yuk dibahas :
a.    HIV/AIDS
AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Sekitar 60 juta orang telah tertular HIV dan 25 juta telah meninggal akibat AIDS, sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HIV sekitar 35 juta. Setiap hari terdapat 7400 orang baru terkena HIV atau 5 orang per menit. Pada tahun 2007 terjadi 2,7 juta infeksi baru HIV dan 2 juta kematian akibat AIDS (Sumber: Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS, 2008). Sejak tahun 2000, prevalensi HIV di Indonesia meningkat menjadi diatas 5% pada populasi kunci, seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, waria, LSL, sehingga dikatakan Indonesia telah memasuki tahapan epidemi terkonsentrasi. Situasi HIV dan AIDS dalam kurun waktu 9 tahun yg semula meningkat perlahan-lahan, sejak tahun 2000 peningkatannya sangat tajam. Hal ini disebabkan :
•>> populasi perilaku berisiko (penasun)
•Stigma & diskriminasi thdp ODHA
•Resistensi thdp obat ARV
•Surveilans ARV blm berjalan baik
•Penyediaan ARV blm mencukupi
Berikut ini STRATEGI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2010-2014 “Komitmen nasional dan global termasuk Millenium Development Goals 2015 dalam penanggulangan HIV dan AID S dapat tercapai, bila 80% populasi paling berisiko terjangkau oleh program yang efektif dan minimal 60% populasi berisiko tersebut berperilaku aman”
b.    Malaria
Kegiatan survelains malaria dibagi dalam 3 periode, yaitu :
-       Survelains periode kewaspadaan sebelum kejadian luar biasa atau surveilans periode peringatan dini
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus, pengolahan dan analisis data, pelaporan, visualisasi data, tindakan saat terjadi  peningkatan, dan peningkatan jenjang kemitraan.
-       Penanggulangan kejadian luar biasa
Kegiatan yang dilakukan adalah : konfirmasi KLB dan analisis data
-       Surveilans pasca kejadian luar biasa
Pengamatan secara rutin atau melakukan survei secara periodic pada lokasi KLB.
c.     Emerging Virus (Flu burung dan Flu babi)
Tindakan yang dapat dilakukan dunia untuk mengendalikan virus ini adalah :
-       manajemen vector
-       pengelolaan air dan limbah
-       gizi yang lebih baik
-       surveilans global
-       ketersediaan vaksin
-       diagnosis cepat
d.    Infeksi Nasokomial
Adalah infeksi yang didapat selama penderita di rawat inap di rumah sakit.
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
-       kebersihan lingkungan RS
-       air yang dipakai RS
-       udara bersih dengan jumlah kuman miniman dan dengan kelembaban tertentu, dalam hal ini udara perlu disaring
-       pembuangan limbah RS harus diperhatikan tidak menjadi sumber infeksi bagi lingkungan.
e.    Cedera dan penyakit kardiovaskular
Kontrol cedera, hal yang dilakukan adalah :
-       monitor insidensi
-       identifikasi factor risiko
-       intervensi
-       evaluasi
Faktor risiko mayor untuk penyakit kardiovaskular adalah :
-       dapat diubah
penggunaan alcohol, hipertensi, level kolesterol tinggi, inaktivitas fisik, obesitas, dan diabetes
-       tidak dapat diubah
riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, dan etnis.
Dengan melihat faktor risiko di atas, kita dapat mendeteksi lebih dini sebagai tidakan preventif.