Sabtu, 12 Februari 2011

Harus mampu jadi “leader” dan komunikatif


Terkadang manusia dapat menyelesaikan pekerjaannya sendiri, namun dalam pekerjaan yang kompleks, manusia juga butuh relasi untuk tercapai hasil yang diharapkan.  Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan adalah sosok pemimpin.
Nah, dalam pelayanan kesehatan, juga dibutuhkan dokter yang memiliki karakter pemimpin. Tidak heran puskesmas yang ada, lebih banyak dikepalai oleh seorang dokter. Mau tidak mau, seorang dokter dituntut mampu menjadi seorang pemimpin. Sikap kepemimpinan ini dapat mentransformasi suatu sistem dibandingkan sikap manajerial. Sikap kepemimpian (Walshe, 2000) adalah :
-           Memiliki visi dan tujuan kedepan yang jelas
-           Mempunyai kemampuan sbg dinamisator organisasi dan menunjukkan semangat yang tinggidalam melaksanakan tugas organisasi secara benar dan bertanggungjawab
-           Menciptakan iklim saling percaya, saling menghargai dan membantu kolega lain untuk senantiasa meningkatkan kapasitas pribadi
Pekerjaan seorang dokter juga dibutuhkan suatu motivasi yang kuat. Motivasi ini akan membuat keinginan untuk beraksi, ikut dalam kompetensi, produktif, dan komitmen untuk maju.
Demi tercapainya lingkungan kerja yang nyaman, selain faktor-faktor di atas, juga dibutuhkan komunikasi yang efektif, dapat dilakukan secara verbal atau non verbal. Ada beberapa tipe komunikasi, yaitu :
a.    agresif : dimana kamu menang dan setiap orang dianggap salah
b.    pasif : dimana kamu kalah dan yang lain menang
c.     pasif/agresif : dimana kamu kalah dan melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membuat yang lain kalah juga
d.    asertif : dimana masing-masing pihak menang
Dengan begitu, komunikasi yang efektif terkait dengan kredibilitas dan daya tarik komunikator, kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan, dan kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan. Komunikasi yang efektif in dapat membuat seseorang berpatisipasi dalam komunitas lebih mudah. Partisipasi dalam komunitas sangatlah penting, terutama seorang dokter. Untuk menjalankan program preventif, perlu adanya partisipasi seorang dokter, bahkan bila perlu terjun langsung ke dalam masyarakat. Hal ini yang dapat membuat masyarakat yang terlibat merasa menjadi bagian dalam program, bukan semata-mata rutinitas yang harus dijalankan.