Kamis, 17 Februari 2011

Mental korban bencana juga perlu diperhatikan








Dengan adanya bencana, akan sangat berpengaruh pada keadaan mental seseorang. Stresor seperti bencana yang sering terjadi akhir tahun kemaren dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu kematian, luka, kehilangan dari segi finansial, gangguan mental, kehilangan infrastruktur, kehilangan pekerjaan dan lain-lain.
Adapun fase setelah terjadinya bencana yang dapat menyebabkan gagguan mental seseorang adalah :
a. Critical acute : terjadi , 1 bulan setelah terjadinya bencana
b. After critical acute
c. Prolong stressor : biasanya > 2 tahun setelah terjadinya bencana
Seseorang yang pernah mengalami trauma, akan mendapat resiko penurunan produktivitas, banyaknya beban, dan tidak kalah membahayakan adalah resiko bunuh diri. Biasanya setelah terjadi bencana, para korban akan ditempatkan di tempat pengungsian. Bila mengungsi terlalu lama, hal ini akan membuat stressor baru bagi para korban.
Bahkan tim kesehatan yang datang malah hanya melihat keadaan fisik seseorang tanpa melihat kondisi mental akibat bencana. Sebagai penanganan utama kesehatan mental, intervensi yang dapat dilakukan adalah :
a. Dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan puskesmas untuk menangani kasus darurat  yang berhubungan dengan psikiatri, seperti depresi berat. Selain itu, dapat diperoleh obat psikologis sebagai terapi awal.
b. “Psycological first aid”
yakni mendengar aktif, empati, mengakses kebutuhan dasar, tidak memaksa berbicara, menghindari stressor baru, tidak perlu pengobatan. Contoh kebutuhan dasar adalah ‘bilik cinta’ dimana dapat digunakan untuk menjaga keharmonisan suami istri yang kebetulan menjadi korban bencana.
Penyakit stress pun dapat dialami oleh seseorang yang terganggu mentalnya akibat bencana. Penyakit ini disebut Post Traumatic Stress Disorder atau Gangguan stress pasca trauma. Penyakit ini memberikan gambaran klinis sebagai berikut :
Re-experience phenomena : munculnya kembali perasaan tertekan, mimpi yang menakutkan.
Avoidance or numbing Phenomena : menghindari pikira atau perasaan yang berkaitan dengan kejadian, kehilangan harapan seperti minat terhadap masa depan.
Symptoms of increased arousal : sulit tidur, marah yang tak terkendali, kesulitan konsentrasi.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah :
Prolonged exposure : pemaparan peristiwa kembali dalam beberapa sesi
Terapi kognitif : merubah perasaan negatif korban menjadi lebih baik, dapat dilakukan per kelompok.
Konseling : mereview detail peristiwa, edukasi, dan terapi koqnitif kembali